The ingredient that is almost always present when someone is jealous in a relationship is a lack of trust. This can either be a lack of trust in their partner because of past actions or a lack of trust in their partner's ability to make conscious choices and decisions about their conduct when they are with other people.
Saturday, June 12, 2010
Friday, June 11, 2010
Wednesday, June 2, 2010
sejak sebelum kapal Mavi Marmara di serang, makcik memang mengikuti perkembangan perjalanan mereka kerana makcik selalu menonton tvone - Indonesia. Memang jadi pilihan makcik sebab mereka selalu mengkhabarkan berita terkini..ala ala al jazera atau pon CNN cuma tvone ini versi indon gitu.
Bila membaca surat santi ini makcik terfikir apa sebenarnya tujuan kita berada di dunia ini. Sanggup kah kita sebagai hambanya berjuang meskipun sebagai relawan dan meninggalkan apa yang kita ada semata mata untuk mereka yang di landa keperitan hidup. Surat Terakhir Santi Soekanto (relawan kapal Mavi Marmara) sebelum kapal Mavi Marmara kena serang oleh Israel
Santi Soekanto adalah salah satu dari 12 WNI di kapal Mavi Marmara yang diserbu Israel. Sebelum penyerbuan itu, Santi sempat mengirimkan surat elektronik yang sangat menyentuh.
Surat jurnalis Hidayatullah ini bertajuk ‘Gaza Tidak Membutuhkanmu!’ yang dikirim pada Minggu 30 Mei 2010, atau sehari sebelum serangan Israel. Surat ini dibuat di atas kapal Mavi Marmara saat masih berada di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Saat itu, Santi dan anggota tim Freedom Flotilla lain tengah menunggu kedatangan tim lain untuk nanti sama-sama berangkat ke Gaza. Namun kabar akan serangan Israel sudah beredar.
“Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran,” kata Santi dalam pembukaan suratnya.
Santi berbagi pengalamannya bertemu dengan ratusan orang dengan berbagai latar belakang. Masing-masing dengan gayanya sendiri. Ada anak buah politisi Inggris yang petantang-petenteng, sampai aktivis perempuan muslimah yang pendiam, namun cekatan untuk memastikan semua rombongan bisa makan tepat waktu. Berikut adalah surat lengkap Santi untuk temannya Tommy Satryatomo yang kemudian dipasang di blognya:
Gaza Tidak Membutuhkanmu!
Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.
Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.
Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.
Activism
Ada begitu banyak activism, heroism. Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.
Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.
Kalau dibiarkan riya akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.
Mengerem
Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidakikhlasan dan riya? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya. Dari para ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.
Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.
Gaza Tak Butuh Aku
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.
Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.
Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.
Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha. Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!
Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.
Cara Allah Mengingatkan
Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.
Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.
Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?
Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.
Masih ndableg.
Kucoba lagi menyiram
Masih ndableg.
Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri
Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet.
Blus!
Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana
Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.
Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.
Allahumaj’alni minat tawwabiin
Allahumaj’alni minal mutatahirin
Allahumaj’alni min ibadikassalihin
29 Mei 2010, 22:20
Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010. (sumber detikinews)
Bila membaca surat santi ini makcik terfikir apa sebenarnya tujuan kita berada di dunia ini. Sanggup kah kita sebagai hambanya berjuang meskipun sebagai relawan dan meninggalkan apa yang kita ada semata mata untuk mereka yang di landa keperitan hidup. Surat Terakhir Santi Soekanto (relawan kapal Mavi Marmara) sebelum kapal Mavi Marmara kena serang oleh Israel
Santi Soekanto adalah salah satu dari 12 WNI di kapal Mavi Marmara yang diserbu Israel. Sebelum penyerbuan itu, Santi sempat mengirimkan surat elektronik yang sangat menyentuh.
Surat jurnalis Hidayatullah ini bertajuk ‘Gaza Tidak Membutuhkanmu!’ yang dikirim pada Minggu 30 Mei 2010, atau sehari sebelum serangan Israel. Surat ini dibuat di atas kapal Mavi Marmara saat masih berada di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Saat itu, Santi dan anggota tim Freedom Flotilla lain tengah menunggu kedatangan tim lain untuk nanti sama-sama berangkat ke Gaza. Namun kabar akan serangan Israel sudah beredar.
“Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran,” kata Santi dalam pembukaan suratnya.
Santi berbagi pengalamannya bertemu dengan ratusan orang dengan berbagai latar belakang. Masing-masing dengan gayanya sendiri. Ada anak buah politisi Inggris yang petantang-petenteng, sampai aktivis perempuan muslimah yang pendiam, namun cekatan untuk memastikan semua rombongan bisa makan tepat waktu. Berikut adalah surat lengkap Santi untuk temannya Tommy Satryatomo yang kemudian dipasang di blognya:
Gaza Tidak Membutuhkanmu!
Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.
Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.
Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.
Activism
Ada begitu banyak activism, heroism. Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.
Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.
Kalau dibiarkan riya akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.
Mengerem
Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidakikhlasan dan riya? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya. Dari para ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.
Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.
Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.
Gaza Tak Butuh Aku
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.
Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.
Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.
Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha. Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!
Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.
Cara Allah Mengingatkan
Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.
Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.
Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?
Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.
Masih ndableg.
Kucoba lagi menyiram
Masih ndableg.
Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri
Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet.
Blus!
Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana
Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.
Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.
Allahumaj’alni minat tawwabiin
Allahumaj’alni minal mutatahirin
Allahumaj’alni min ibadikassalihin
29 Mei 2010, 22:20
Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010. (sumber detikinews)
Tuesday, June 1, 2010
orkid ini arwah adik mak yang beri . since mak memang minat menanam orkid, dulu everytime dia pergi travelling ada jer bunga orkid yang arwah titip kan untuk mak. selama mak memelihara pokok orkid ini baru 2 kali orkid ini berbunga.
al-kisah
pagi tadi makcik ada jemputan kawin. kebetulan kat tempat makcik nih tengah bercuti panjang. so selamat lah makcik untuk tengahari ini sebab periuk bergantung dan makcik tak payah nak memasak. wedding kat kampung tapi makcik nak cakap the food was nice. sedap lah sebab ada sayur umbut kelapa masak santan, then ada menu daging masak hitam serta ayam masak tah apa apa ( kaler kuning, then ada rasa santan then ada rasa kacang tumbuk) then ada buah nenas dan buah pir yang di tabur dengan serbuk asam boi. dalam banyak menu tu makcik suka sangat makan umbut kelapa tu. terasa nak menambah tapi segan ler pulak . segan satu hal..nak berdiet satu hal. tahan jer lah selera nak menambah makanan time itu.
ohh.. tak tau plak makcik kat kampung makcik nih lahir seorang pengacara dari tv1.tengah dia emcee tu makcik dok fikir..kat mana pernah melihat dia.. ruper nya dia dari tv1. tu pun dia introduce diri dia sendiri sebagai emcee terjun... lepas dia introduce diri sendiri and siap promo programe yang dia handle tu ramai ler cik kak cik kak yang sibuk mengambil gambar tru hphone..(tu ler sikap manusia kan..kalau dia tak introduce dia as the tv1 presenter.. haram seorang pun tak akan peduli).
ok.. nih nak cerita tentang seorang pakcik nih.. tah perasan hensem ker tah perasan diri muda lagi ker or tah perasan kaya. makcik dok kat khemah berdekatan dengan orang berkaraoke. kira berdepan sekali dengan orang yang berkarak itiew, tah dari mana pakcik tu datang..tetiba annouce saper saper nak menyanyi akan di beri sepuluh ringgit.. ok lah lepas berkarak suam suam kuku..makin panas lah lepas ada annoucement itiew. Response dari beberapa veteran sementara menunggu pengantin lelaki sampai. tapi pakcik nih.. yang tersangat bermurah hati memberi wang sepuluh hengget tu dok senyum senyum kat makcik.. memula makcik buat tak taw tapi lama lama..ter obvious sangat.. apa kes..makcik budget pakcik tu umor lam 65 tahun kot..sampai satu ketika pakcik tu sibuk dok tayang duit 50 hengget kat depan makcik atau sekitarnya..( tak nak perasan tapi rasanya makcik jer yang menyerlah kat area situ)hahahhahhaa.......pakcik tu kata kalau yang muda dan cantek menyanyi dia bagi 50hengget, tak kuasa makcik nak layan.. kah kah kah...
makcik sibuk sibuk main hpone makcik..then tetiba pakcik tu mai dekat..nak minum..table minuman kat area makcik gak.sambil jeling jeling makcik .. try nak usha ler tu..hahahhaa..kat situ makcik terperasan tapi wat derk.. tak kuasa ler makcik
nak layan orang camgitu.. lain ler yang badan ketul ketul..muka ala ala brad pitt ka..harus makcik yang tergedik gedik..hahhahaha.
balik from kenduri mak makcik tanya makcik cerita ceritu masa kenduri tu. kebetulan mak makcik menjadi wakil kat rumah pengantin tu and ohhhh no..not only her yang terperasaan kes jeling menjeling tu. .. then mak cakap dia dengar orang tua tu kawin baru - bini baru pon muda lagi ..dalam awal 30an..huh.. memang sah...katagori rumah kata pergi kubur kata mari.
al-kisah
pagi tadi makcik ada jemputan kawin. kebetulan kat tempat makcik nih tengah bercuti panjang. so selamat lah makcik untuk tengahari ini sebab periuk bergantung dan makcik tak payah nak memasak. wedding kat kampung tapi makcik nak cakap the food was nice. sedap lah sebab ada sayur umbut kelapa masak santan, then ada menu daging masak hitam serta ayam masak tah apa apa ( kaler kuning, then ada rasa santan then ada rasa kacang tumbuk) then ada buah nenas dan buah pir yang di tabur dengan serbuk asam boi. dalam banyak menu tu makcik suka sangat makan umbut kelapa tu. terasa nak menambah tapi segan ler pulak . segan satu hal..nak berdiet satu hal. tahan jer lah selera nak menambah makanan time itu.
ohh.. tak tau plak makcik kat kampung makcik nih lahir seorang pengacara dari tv1.tengah dia emcee tu makcik dok fikir..kat mana pernah melihat dia.. ruper nya dia dari tv1. tu pun dia introduce diri dia sendiri sebagai emcee terjun... lepas dia introduce diri sendiri and siap promo programe yang dia handle tu ramai ler cik kak cik kak yang sibuk mengambil gambar tru hphone..(tu ler sikap manusia kan..kalau dia tak introduce dia as the tv1 presenter.. haram seorang pun tak akan peduli).
ok.. nih nak cerita tentang seorang pakcik nih.. tah perasan hensem ker tah perasan diri muda lagi ker or tah perasan kaya. makcik dok kat khemah berdekatan dengan orang berkaraoke. kira berdepan sekali dengan orang yang berkarak itiew, tah dari mana pakcik tu datang..tetiba annouce saper saper nak menyanyi akan di beri sepuluh ringgit.. ok lah lepas berkarak suam suam kuku..makin panas lah lepas ada annoucement itiew. Response dari beberapa veteran sementara menunggu pengantin lelaki sampai. tapi pakcik nih.. yang tersangat bermurah hati memberi wang sepuluh hengget tu dok senyum senyum kat makcik.. memula makcik buat tak taw tapi lama lama..ter obvious sangat.. apa kes..makcik budget pakcik tu umor lam 65 tahun kot..sampai satu ketika pakcik tu sibuk dok tayang duit 50 hengget kat depan makcik atau sekitarnya..( tak nak perasan tapi rasanya makcik jer yang menyerlah kat area situ)hahahhahhaa.......pakcik tu kata kalau yang muda dan cantek menyanyi dia bagi 50hengget, tak kuasa makcik nak layan.. kah kah kah...
makcik sibuk sibuk main hpone makcik..then tetiba pakcik tu mai dekat..nak minum..table minuman kat area makcik gak.sambil jeling jeling makcik .. try nak usha ler tu..hahahhaa..kat situ makcik terperasan tapi wat derk.. tak kuasa ler makcik
nak layan orang camgitu.. lain ler yang badan ketul ketul..muka ala ala brad pitt ka..harus makcik yang tergedik gedik..hahhahaha.
balik from kenduri mak makcik tanya makcik cerita ceritu masa kenduri tu. kebetulan mak makcik menjadi wakil kat rumah pengantin tu and ohhhh no..not only her yang terperasaan kes jeling menjeling tu. .. then mak cakap dia dengar orang tua tu kawin baru - bini baru pon muda lagi ..dalam awal 30an..huh.. memang sah...katagori rumah kata pergi kubur kata mari.
FOR THE BRAVE WHO DIE AND MAY OTHER LIVES
Deadly Israeli raid on aid fleet
SEMOGA MEREKA YANG TERLIBAT TABAH DAN ALLAH MELINDUNGI MEREKA YANG DI ZALIMI.
Al Jazeera's Ayman Mohyeldin reports from Jerusalem on the storming of the flotilla and its aftermath
Israeli commandos have attacked a flotilla of aid-carrying ships off the coast of the Gaza Strip, killing at least nine people on board.
Dozens of others were injured when troops raided the convoy of six ships, dubbed the Freedom Flotilla, early on Monday.
Israel said activists on board attacked its commandos as they boarded the ships, while the flotilla's organisers said the Israeli forces opened fire first, as soon as they stormed the convoy.
Organisers of the Freedom Flotilla say it was carrying 700 activists and 10,000 tonnes of humanitarian aid with the aim of breaking the Israeli siege of Gaza.
Binyamin Netanyahu, the Israeli prime minister, gave his "full backing" to the military forces after the raid.
The raid by Israel troops "was to prevent the infiltration of thousands of rockets, missiles and other arms that could hit our cities, communities or people", he said.
"I give my complete backing to the army, the soldiers and commanders who acted to defend the state and to protect their lives." He also said Israel regretted the loss of life in the raid.
Protests worldwide
Israeli media reported that many of the dead were Turkish nationals.
Hamas, the Palestinian group which governs the Gaza Strip, said the assault was a "massacre" and called on the international community to intervene.
The Hamas leader in Gaza, Ismail Haniya, urged Arabs and Muslims to show their anger by staging protests outside Israeli embassies across the globe.
The call came even as demonstrationsdenouncing the Israeli raid were being held in many cities around the world, including the capitals of Syria, Jordan and Lebanon.
Thousands of Turkish protesters tried to storm the Israeli consulate in Istanbul soon after the news of the operation broke.
Mahmoud Abbas, the Palestinian president, officially declared a three-day state of mourning.
The United Nations Security Council met on Monday afternoon for an emergency session to discuss the matter.
Oscar Fernandez-Taranco, the chief foreign policy official of the UN, called on Israel to end its "counterproductive" and "unacceptable" blockade of Gaza.
Live ammunition
Al Jazeera's Jamal Elshayyal, on board the flotilla's lead ship, the Mavi Marmara, said in his last report before communications were cut off, that Israeli troops used live ammunition during the assault.
The Israeli military, 10 of whose soldiers were reportedly wounded in the operation, said troops opened fire after "demonstrators on board attacked the IDF naval personnel with live fire and light weaponry including knives and clubs".
Our correspondent said that a white surrender flag was raised from the ship and there was no live fire coming from the passengers.
Al Jazeera's Sherine Tadros, reporting from the Israeli port of Ashdod, where the aid ships were taken after the assault, said the Israeli army was not giving any details of who had been killed, injured or detained.
"As soon as [the ships] land here, the goods [will be] taken [and] put into a terminal, and the passengers [made to] undergo extensive security checks," she said.
"[They will be] given the choice either to go home straight away, in which case they will be taken to Tel Aviv airport. Or if they resist deportation, they will be taken to a nearby detention centre where, we understand, they will [remain] for at least 72 hours."
More than 80 activists had been detained by mid-evening, Sabine Hadad, the spokeswoman for Israel's immigration police, told AFP.
"So far, 83 have been detained, of whom 25 have agreed to be deported. The rest are going to jail," she said.
Hadad said the Israeli authorities were expecting "hundreds more" arrests through the night.
Israeli defence
Defending Monday's military raid, Mark Regev, the Israeli government spokesperson, said the Israeli commandos came under fire from people on board the flotilla whom he branded as "violent extremists".
"Israel was totally within its rights under international law to intercept the ship and to take it to the port of Ashdod," he told Al Jazeera.
"Unfortunately they were met by the activists on the boats with deadly violence, knives, metal clubs, even live fire on our service people. They initiated the violence."
He said the people on board the flotilla were not peaceful activists.
"They are part of the IHH, which is a radical Turkish Islamist organisation which has been investigated by Western governments and by the Turkish government itself in the past for their links with terrorist organisations."
But Recep Tayyip Erdogan, Turkey's prime minister, said the flotilla was carefully inspected before departure that there was no one on board "other than civilian volunteers.
"I want to say to the world, to the heads of state and the governments, that these boats that left from Turkey and other countries were checked in a strict way under the framework of the rules of international navigation and were only loaded with humanitarian aid," he said.
Israeli 'cover-up'
Murat Mercan, the head of Turkey's foreign relations committee, said claiming that activists on board had links to terrorist organisations was Israel's way of covering up its mistake.
"Any allegation that the members of this ship is attached to al-Qaeda is a big lie because there are Israeli civilians, Israeli authorities, Israeli parliamentarians on board the ship," he told Al Jazeera.
"Does he [Regev] think that those are also attached to al-Qaeda?"
Dozens of activists were seriously injured in Monday's Israeli raid on the high seas [AFP]
The flotilla was attacked in international waters, 65km off the Palestinian coastal enclave.
Avital Leibovich, an Israeli military spokeswoman, confirmed that the attack took place in international waters, saying: "This happened in waters outside of Israeli territory, but we have the right to defend ourselves."
Mark Taylor, an international legal expert, told Al Jazeera that every state, including Israel, has the right to self-defence.
"In situations in which the state feels that it needs to take an act in international waters to defend itself, it will do that," he said.
"But that doesn't necessarily mean that it's legal under international law.
"In this case, we're looking at a humanitarian aid convoy, with prominent people and activists, clearly not a military target in any way whatsoever."
'Dire need of aid'
Israel said the flotilla boats were embarking on "an act of provocation" against the Israeli military rather than providing aid, and issued warrants to prohibit their entrance to Gaza.
But Adnan Abu-Hasana, a spokesman for UNRWA, said the Gazans are in dire need of aid after Israel's war on the territory in December 2008-January 2009 destroyed buildings and infrastructure.
"We need hundreds of thousands of tonnes [of aid] to rebuild Gaza," he told Al Jazeera.
"We need more of building materials ... We need spare parts for machines in the agricultural and industrial sectors, for the fishermen, all these sectors are nearly collapsed.
"Eighty per cent of the Gazans are dependent on humanitarian aid coming from UN organisations such as UNRWA."
Deadly Israeli raid on aid fleet
SEMOGA MEREKA YANG TERLIBAT TABAH DAN ALLAH MELINDUNGI MEREKA YANG DI ZALIMI.
Al Jazeera's Ayman Mohyeldin reports from Jerusalem on the storming of the flotilla and its aftermath
Israeli commandos have attacked a flotilla of aid-carrying ships off the coast of the Gaza Strip, killing at least nine people on board.
Dozens of others were injured when troops raided the convoy of six ships, dubbed the Freedom Flotilla, early on Monday.
Israel said activists on board attacked its commandos as they boarded the ships, while the flotilla's organisers said the Israeli forces opened fire first, as soon as they stormed the convoy.
Organisers of the Freedom Flotilla say it was carrying 700 activists and 10,000 tonnes of humanitarian aid with the aim of breaking the Israeli siege of Gaza.
Binyamin Netanyahu, the Israeli prime minister, gave his "full backing" to the military forces after the raid.
The raid by Israel troops "was to prevent the infiltration of thousands of rockets, missiles and other arms that could hit our cities, communities or people", he said.
"I give my complete backing to the army, the soldiers and commanders who acted to defend the state and to protect their lives." He also said Israel regretted the loss of life in the raid.
Protests worldwide
Israeli media reported that many of the dead were Turkish nationals.
Hamas, the Palestinian group which governs the Gaza Strip, said the assault was a "massacre" and called on the international community to intervene.
The Hamas leader in Gaza, Ismail Haniya, urged Arabs and Muslims to show their anger by staging protests outside Israeli embassies across the globe.
The call came even as demonstrationsdenouncing the Israeli raid were being held in many cities around the world, including the capitals of Syria, Jordan and Lebanon.
Thousands of Turkish protesters tried to storm the Israeli consulate in Istanbul soon after the news of the operation broke.
Mahmoud Abbas, the Palestinian president, officially declared a three-day state of mourning.
The United Nations Security Council met on Monday afternoon for an emergency session to discuss the matter.
Oscar Fernandez-Taranco, the chief foreign policy official of the UN, called on Israel to end its "counterproductive" and "unacceptable" blockade of Gaza.
Live ammunition
Al Jazeera's Jamal Elshayyal, on board the flotilla's lead ship, the Mavi Marmara, said in his last report before communications were cut off, that Israeli troops used live ammunition during the assault.
The Israeli military, 10 of whose soldiers were reportedly wounded in the operation, said troops opened fire after "demonstrators on board attacked the IDF naval personnel with live fire and light weaponry including knives and clubs".
Our correspondent said that a white surrender flag was raised from the ship and there was no live fire coming from the passengers.
Al Jazeera's Sherine Tadros, reporting from the Israeli port of Ashdod, where the aid ships were taken after the assault, said the Israeli army was not giving any details of who had been killed, injured or detained.
"As soon as [the ships] land here, the goods [will be] taken [and] put into a terminal, and the passengers [made to] undergo extensive security checks," she said.
"[They will be] given the choice either to go home straight away, in which case they will be taken to Tel Aviv airport. Or if they resist deportation, they will be taken to a nearby detention centre where, we understand, they will [remain] for at least 72 hours."
More than 80 activists had been detained by mid-evening, Sabine Hadad, the spokeswoman for Israel's immigration police, told AFP.
"So far, 83 have been detained, of whom 25 have agreed to be deported. The rest are going to jail," she said.
Hadad said the Israeli authorities were expecting "hundreds more" arrests through the night.
Israeli defence
Defending Monday's military raid, Mark Regev, the Israeli government spokesperson, said the Israeli commandos came under fire from people on board the flotilla whom he branded as "violent extremists".
"Israel was totally within its rights under international law to intercept the ship and to take it to the port of Ashdod," he told Al Jazeera.
"Unfortunately they were met by the activists on the boats with deadly violence, knives, metal clubs, even live fire on our service people. They initiated the violence."
He said the people on board the flotilla were not peaceful activists.
"They are part of the IHH, which is a radical Turkish Islamist organisation which has been investigated by Western governments and by the Turkish government itself in the past for their links with terrorist organisations."
But Recep Tayyip Erdogan, Turkey's prime minister, said the flotilla was carefully inspected before departure that there was no one on board "other than civilian volunteers.
"I want to say to the world, to the heads of state and the governments, that these boats that left from Turkey and other countries were checked in a strict way under the framework of the rules of international navigation and were only loaded with humanitarian aid," he said.
Israeli 'cover-up'
Murat Mercan, the head of Turkey's foreign relations committee, said claiming that activists on board had links to terrorist organisations was Israel's way of covering up its mistake.
"Any allegation that the members of this ship is attached to al-Qaeda is a big lie because there are Israeli civilians, Israeli authorities, Israeli parliamentarians on board the ship," he told Al Jazeera.
"Does he [Regev] think that those are also attached to al-Qaeda?"
Dozens of activists were seriously injured in Monday's Israeli raid on the high seas [AFP]
The flotilla was attacked in international waters, 65km off the Palestinian coastal enclave.
Avital Leibovich, an Israeli military spokeswoman, confirmed that the attack took place in international waters, saying: "This happened in waters outside of Israeli territory, but we have the right to defend ourselves."
Mark Taylor, an international legal expert, told Al Jazeera that every state, including Israel, has the right to self-defence.
"In situations in which the state feels that it needs to take an act in international waters to defend itself, it will do that," he said.
"But that doesn't necessarily mean that it's legal under international law.
"In this case, we're looking at a humanitarian aid convoy, with prominent people and activists, clearly not a military target in any way whatsoever."
'Dire need of aid'
Israel said the flotilla boats were embarking on "an act of provocation" against the Israeli military rather than providing aid, and issued warrants to prohibit their entrance to Gaza.
But Adnan Abu-Hasana, a spokesman for UNRWA, said the Gazans are in dire need of aid after Israel's war on the territory in December 2008-January 2009 destroyed buildings and infrastructure.
"We need hundreds of thousands of tonnes [of aid] to rebuild Gaza," he told Al Jazeera.
"We need more of building materials ... We need spare parts for machines in the agricultural and industrial sectors, for the fishermen, all these sectors are nearly collapsed.
"Eighty per cent of the Gazans are dependent on humanitarian aid coming from UN organisations such as UNRWA."
Subscribe to:
Posts (Atom)